Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang,
ini selalu menjadi berita hangat jika menginjakkan kakinya di tanah
air, sepulang dari ‘tanah idamannya’ Jerman. Pada masa emas kejayaan
dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional
di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa
harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini. Sepakterjangnya
penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak
sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi
Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, ia
selalu menjadi berita. Betulkah dia ingin berebut kursi RI-1? Apa
kendaraan politiknya?
Agak aneh, memang, anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah
di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi
pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja
di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi
panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di
Indonesia dia 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi
Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi
Presiden RI menggantikan “professor” politiknya Soeharto. Soeharto yang
tampaknya merasa dikhianatinya menyerahkan jabatan presiden itu
kepadanya berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. (Tampaknya Habibie diduga
sebagai dalang penolakan 14 menteri untuk duduk kembali dalam Kabinet
Reformasi Pembangunan yang direncanakan Soeharto, suatu dugaan yang tak
pernah diklarifikasi). Spekulasi perihal dugaan pengkhianatan ini makin
berkembang tatkala Soeharto tak pernah membuka pintu bagi Habibie
sejak dilantik menjadi presiden.
Sampai akhirnya Habibie
dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur memilih merdeka.
Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Ia pun kembali menjadi
warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman, dan setiap
mengunjungi Tanah Air selalu menjadi berita hangat.
Itulah
sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki
kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan
merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu
banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak
setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia
yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas
adalah Theodhore van Karman Award dari Pemerintah China.
Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan
didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula
Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang
populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan
selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur
dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan
sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10
Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250
“Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik
bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara
(IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang pelaku
ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras bukan
“mainan” pesawat terbang.
Pemikiran ekonomi makro Habibie yang
terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan oleh lingkarannya sebagai
counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang sesungguhnya
merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil membarter
(tukarguling) pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam
Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam
dan lebih baik membuat panci saja.
Dan kontroversi paling
hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas
menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi
termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah
oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka
termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan
pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul
mutlak.
Dari sekian puluh mungkin ratusan sepakterjang
kontroversialnya, kasus lepasnya Timor Timur agaknya menjadi sesuatu
“kesalahan” fatal seorang presiden yang sesungguhnya telah bersumpah
dan berkewajiban mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sutau kesalahan yang memang sangat “tabu” untuk dimaafkan.
Kesalahan ini mengakibatkan penolakan terhadap pidato
pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999,
Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955. Penolakan
ini jelas menciutkan nyali Habibie untuk terus maju sebagai kandidat
calon presiden. Maka, jadilah Habibie kembali ke habitatnya di Jerman.
Ketika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa
demonstrasi. Demonstrasi itu mendesak Habibie merespons tuntutan
reformasi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara,
seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rektrutmen
politik, kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, kebebasan
berusaha, dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie
merespon tuntutan reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap
merupakan kelanjutan Orde Baru. Pemerintahannya yang berusia 518 hari
hanya dianggap sebagai pemerintahan transisi.
Teknologi Terbang
Keinginan Habibie mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah
dimulainya di industri pesawat terbang IPTN dengan menjalankan program
evolusi empat tahapan alih teknologi yang dipercepat “berawal dari akhir
dan berakhir di awal”.
Empat tahapan alih teknologi itu,
pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi utuh dari
industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC 212 lisensi dari Casa
Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama-sama,
hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang
merupakan produksi kerjasama secara equal antara IPTN dengan Casa
Spanyol.
Ketiga, mengintegrasikan seluruh teknologi dan sistem
konstruksi pesawat terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia
menjadi sesuatu yang sama sekali didesain baru, hasilnya adalah
“Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 penumpang yang dikembangkan dengan
teknologi fly-by-wire dari Airbus. Keempat, memproduksi pesawat
terbang berdasarkan hasil riset kembali dari awal, yang diproyeksikan
bernama N-2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan
diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih
teknologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan
berakhir di awal”, memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap
hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan
dasar teknologi Indonesia, yang ternyata membuat sepeda saja secara
utuh belum sampai.
Pemeritnahan Orde Baru sangat memanjakan
program empat tahapan alih teknologi Habibie dengan menempatkan
berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak
dana. Satu di antaranya, yang paling spektakuler, adalah IPTN, yang
sepanjang zaman disubsidi. Sehingga ketika perusahaan ini diposisikan
sama seperti BUMN lainnya yang harus mampu membiayai dirinya,
perusahaan yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia ini pun terancam
ambruk dan terpaksa merumahkan dan mem-PHK 6000-an karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan
Teknolog Indonesia (MITI), Habibie menyebutkan hancurnya IPTN adalah
ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat
terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter of
Intent (LoI).
Nasionalisme Habibie
Istri adalah alasan
utama Habibie tinggal di Jerman. Pendamping hidup sekaligus teman suka
dan duka yang sudah dikenal sejak anak-anak umur 14 tahun, dr. Hasri
Ainun Habibie. Putri keempat H. Mohammad Besari itu disebut terbaring
menjalani perawatan di sebuah rumahsakit di Jerman. Habibie ingin untuk
selalu harus bisa mendampingi istri, dan harapnya istri juga akan
selalu bisa mendampinginya. Menurut tim dokter yang menanganinya, Hasri
Ainun belum dibenarkan tinggal atau berkunjung ke daerah tropis karena
kelembabannya tinggi. Karena itu, tim dokter merekomendasikan untuk
tinggal di Jerman sampai sehat secara tuntas.
Kepergiannya
untuk bermukim di jerman dalam jangka lama, mengundang pertanyaan
beberapa pihak tentang nasionalisme Habibie. Walaupun sesekali Habibie
masih mau berkunjung ke negeri kelahiran, tanah tumpah darahnya
Indonesia, dari tanah idamannya Jerman. Namun sikap kontroversialnya
tetaplah melekat sebab selalu saja berita kedatangannya menghebohkan.
Sampai-sampai, ada yang menduga dia akan kembali ke arena politik di
tanah air berebut kursi presiden. Pengagumnya memang banyak, terutama
kaum teknolog yang bergabung di ICMI.
Organisasi ini
sesungguhnya cukup mapan dan siap menjadi “juru kampanye” Habibie
berebut kursi tertinggi, bersama “Makassar Connection” atau SDM (Semua
dari Makassar). Keduanya justru terkesan membelenggu sebab Habibie
menjadi eksklusif sesuatu yang kurang pas untuk seorang negarawan
pemimpin bangsa yang harus pluralistik.
Kendati demikian,
kepulangan ke tanah air Habibie agaknya hanya karena dia ingin dikenang
sebagai manusia yang baik. ‘"Mungkin saat ini tak disadari. Tapi bisa
jadi, berguna satu saat kelak, bila saya sudah tiada nanti," tutur
lelaki itu, lirih,’ demikian tulis Liputan6.com. Adalah stasiun TV SCTV
ini, dikenal sangat dekat dengan Habibie, yang pada 2 Juli 2002
menyiarkan langsung dari Jerman kesaksian Habibie dalam kasus
pelanggaran HAM berat Timtim untuk kebutuhan persidangan di Pengadilan
Ad Hoc HAM Jakarta Pusat..
Habibie menyebutkan presiden itu
bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh royalti atas
delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat
terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang
jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang sangat
menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie
mendefinisikan jika ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain
adalah sikap yang tak berubah terhadap lingkungan.
Menurutnya
status, jabatan, dan prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap
lingkungan. Itulah sebabnya, ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie
terhadap lingkungan tetap tidak berubah. Malah semakin menampakkan
watak aslinya, misalnya tidak mau diam dan bergerak sesuka hati padahal
sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi. Terngianglah saat itu
singkatan Habibie sebagai “Hari-hari Bikin Bingung”.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
ASSALAMUALAIKUM WR. WB MOHON MAAF NUMPAN SHARE YA. Koperasi (KSP) NASARI info WA. (081244625290) Butuh Dana Buat Usaha, Pengen Usahanya Tambah Besar, Kami Menyediakan Peminjaman Dana Berbasis Online Diseluruh Wilayah Indonesia. Min Peminjaman
BalasHapusRp.5.000.000., - RP. 250.000.000.,
Syarat Yang Harus Disediakan:
Foto KTP, Foto KK, Foto Buku Rekening, Isi Formulir Peminjaman Dana.
Batas Peminjaman 1thn/5thn Berminat Bisa Hubungi Karyawan:
Call/WA : 081244625290
Tlp. : 081244625290
Bisa Lanjut Chat Aja Di WA Kami Disini Amanah, Real Untuk Yang Pertama Kali Pinjaman Di KSP NASARI Di Wajibkan Melakukan Pembayaran Biaya Administrasi Dulu, Baru Kami Buatkan Berkas Laporan Pengajuan Dana Pinjamannya.